Sabtu, 14 Desember 2013

(Mia Maisyatur R) Impossible Dream


A.    Apa yang terjadi
Impossible dream merupakan sebuah film berdurasi pendek. Didalamnya diceritakan mengenai kehidupan sebuah keluarga yang beranggotakan ayah, ibu, satu orang anak perempuan dan dua anak laki-laki. Film tersebut mengisyaratkan bahwa segala kegiatan yang dilakukan laki-laki akan berbeda dengan kegiatan perempuan. Pekerjaan laki-laki terlihat lebih sedikit dan lebih santai ketimbang pekerjaan perempuan. Jelas pembagian kerja seperti itu sangat tidak adil. Tidak ada pembagian kerja yang rata didalamnya. Hal tersebut jelas mengatakan bahwa terdapat banyak ketidakadilan gender didalamnya. Ada beberapa perbandingan yang terdapat didalam film tersebut:
Peran ayah
Peran Ibu
-      Bangun siang
-      Makan disiapkan
-      Peralatan kerja disiapkan
-      Pakaian disiapkan
-      Kerja disektor publik dengan upah lebih tinggi
-      Lebih banyak santai
-      Segala keperluannya dilayani
-      Ketika berada ditempat kerja merasa bebas dari seorang istri
-    Bangun paling awal
-    Membereskan rumah
-    Mengurus anak
-    Memasak
-    Mencuci
-    Menyetrika
-    Menyiapkan sarapan & menghidangkannya
-    Mencuci piring
-    Menyiapkan peralatan kerja suami
-    Bekerja disektor publik dengan upah rendah

Selain itu orangtua membentuk pola pengasuhan yang berbeda terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Pola pengasuhan yang berbeda terhadap anak perempuan mulai dikenalkan sejak dini, dimana ia harus seperti seorang ibu. Anak perempuanpun sejak dini sudah dikenalkan dengan segala bentuk pekerjaan rumah tangga yang menurutnya harus dikerjakan oleh seorang perempuan. Anak perempuan membantu ibu menyajikan sarapan, momong adiknya, membantu masak, menjemur pakaian, dll. Pola pembentukkan terhadap anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan yang dibentuk untuk menjadi pekerja rumahan. Didalam keluarga tersebut anak laki-laki nampaknya penerus seorang ayah. Sehingga ia terlihat lebih disayang, segala peralatan dan kebutuhannya disiapkan, dll. berbeda dengan anak perempuan yang dituntut untuk bisa bekerja didalam rumah, anak laki-laki justru lebih santai dan tidak ada kewajiban atau perintah dari orang tuanya untuk bisa bekerja membereskan rumah ataupun mengurus adiknya. Berikut tabel perbandingan peran antara anak laki-laki dan anak perempuan:
Peran anak laki-laki
Peran anak perempuan
-      Bangun siang
-      Menjadi anak kesayangan
-      Makan disiapkan
-      Peralatan disiapkan
-      Sekolah
-      Pulang sekolah tinggal nonton tv dan bersantai
-      Tidak diperintah untuk membantu membereskan pekerjaan rumah
-    Bangun lebih awal
-    Membantu ibu
-    Mengurus adik
-    Sekolah
-    Membantu masak
-    Membantu menjemur pakaian
-    Dituntut untuk membantu pekerjaan rumah
-    Lebih rajin
-    Lebih sigap dalam pekerjaan

B.    Mengapa itu terjadi
Menurut saya film tersebut menceritakan sebuah kondisi keluarga atau lingkungan yang masih menganut budaya patriarki. Dari pemaparan diatas, nampaknya sangat jelas bahwa keluarga atau lingkungan yang masih kental dengan budaya patriarki akan selalu memprioritaskan laki-laki ketimbang perempuan. Pembagian peran dalam budaya inipun terlihat sangat tidak adil. Seperti halnya pekerjaan rumah tangga, jika berbicara mengenai hal tersebut secara spontan didalam alam bawah sadar kita akan tersirat bahwa para pekerjanya adalah para perempuan. Hal tersebut terjadi karena konstruksi budaya yang sangat kuat.  Konstruksi budaya berdampak cukup kuat terhadap pembagian peran antara laki-laki dan perempuan. Bisa dilihat dari pembentukkan peran yang di terapkan jelas berbeda. Orangtua menerapkan peran keperempuanan sedari kecil, dimana anak perempuan itu harus bekerja disektor domestik, dan jika bekerja disektor publik-pun tentunya hanya sebagai pembantu dan pelengkap saja. Budaya ini sangat memperlihatkan peran keperempuanan dan peran kelaki-lakian.
Pembentukkan peran antara laki-laki dan perempuan itu merupakan konstruksi budaya yang bisa dipertukarkan (gender), ia tidak bersifat kodrati. Namun ketika seseorang berada pada lingkungan yang masih kental akan adat dan budayanya, ia cenderung nerima dalam segala bentuk hal yang ada. Begitupun dengan masyarakat yang sudah mempercayai satu adat atau kebudayaan maka akan sulit sekali baginya untuk bisa keluar atau berperilaku diluar adat dan kebiasaannya. Oleh sebab itu mengapa kebanyakan para perempuan belum mendapatkan keadilan dan kesetaraan yang seutuhnya. Sehingga menurut mereka yang masih percaya dan kental terhadap budaya patriarki, keadilan, kesetaraan bahkan pembagian kerja dalam rumahtangga merupakan hal yang tidak mungkin dan hanya mimpi belaka yang tidak akan pernah terwujud.
C.    Jenis jenis ketidakadilan didalamnya
Ketika seorang perempuan dituntut untuk bisa meng-handle segala pekerjaan yang bersangkutan dengan pekerjaan rumah tangga tanpa adanya bantuan suami jelas sangat merugikan sebelah pihak. Disatu sisi seorang perempuan dituntut untuk bisa mengurus rumah, suami dan anak-anaknya, sedangkan disisi lain seorang suami hanya dituntut untuk menafkahinya saja. Perempuan harus bisa bekerja tanpa bantuan suami dalam rumahtangga, namun berbeda dengan suami, terkadang seorang perempuan (istri) membantunya dalam mencari nafkah. Jelas akan sangat tidak adil dalam keerlangsungannya setiap hari. Macam-macam ketidakadilan didalam film tersebut adalah:
-        - Kekerasan terhadap perempuan
-        - Ketidakadilan gender
-        - Beban ganda (double burden)
-        - Subordinasi (anggapan lebih rendah)
-        - Stereotipe (pelebelan negatif)

D.    Solusi yang terbaik
Nampaknya didalam ketidakadilan gender pihak perempuan sangat dirugikan dan pihak laki-laki sangat duntungkan. Ketika mereka para perempuan merasa sangat dirugikan, maka saat itupula mereka tidak mendapatkan haknya. Perlu beberapa solusi untuk meluruskan ketidakadilan tersebut, diantara solusi itu adalah:
-        - Memperbanyak komunikasi dengan suami
-        - Membangun keluarga yang demokratis
-        - Memperlakukan semua anak sama rata
-        - Membagi-bagi pekerjaan rumah
-        Memperbanyak kerjasama dan gotongroyong dalam meng-handle semua hal yang berhubungan dengan rumahtangga

1 komentar:

  1. kenyataannya memang seperti itu. perempuan menerima peran ganda dalam ranah domestik, tapi seringkali perempuan tidak menyadari malah cenderung menikmati perannya itu. dan dari lubuk hatinya yang paling dalam, pastilah ada rasa dari seorang perempuan dimana merindukan kegiatan kebersamaan antar anggota kelompok.. #Ehemmm

    BalasHapus